BeritaBidang Penelitian, Pengembangan dan Inovasi

UPT BALAI BENIH DAN INDUK IKAN BANJAR BANGKIT LEWAT INOVASI “CAGAT MATA”, KOLABORASI JADI KUNCI SUKSES

MARTAPURA – UPT Balai Benih dan Induk Ikan (BBII) Kabupaten Banjar kembali mencuri perhatian dengan terobosan inovatif bertajuk “Cagat Mata” atau Capai Target dengan Bermitra Kerja. Program ini muncul sebagai respons strategis atas tantangan rendahnya produksi benih ikan dan meningkatnya target yang dibebankan oleh pemerintah daerah.

Inovasi ini diungkapkan oleh Anas Norfirdaus dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar dalam pertemuan bersama Tim Inovasi Daerah di Klinik Perencanaan Bappedalitbang, Kamis (22/2/2024).

Menurut Anas, rendahnya produksi benih ikan selama ini disebabkan berbagai faktor, mulai dari dampak banjir besar tahun 2021, keterbatasan sumber daya manusia, minimnya fasilitas budidaya, hingga belum optimalnya dukungan dari pihak eksternal. “Hal tersebut yang mendorong kami berinovasi melalui pendekatan baru yang bersifat kolaboratif dan adaptif,” jelasnya.

Gagasan “Cagat Mata” bukan muncul begitu saja. Proses penjaringan ide dilakukan secara menyeluruh melalui diskusi internal, evaluasi tahunan, serta melibatkan para pembudidaya, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya. Tantangan operasional yang dihadapi UPT dijadikan dasar untuk menggali alternatif solusi secara kolaboratif.

“Dari berbagai ide yang dijaring, kami memilih pendekatan kemitraan multipihak karena dinilai paling realistis, cepat diterapkan, dan hemat biaya. Kami tidak butuh infrastruktur baru, cukup dengan komitmen dan kerja sama dengan mitra strategis,” terang Anas.

Inovasi “Cagat Mata” terbukti membawa dampak nyata. Selama tiga tahun berturut-turut (2022–2024), target produksi benih ikan berhasil dicapai secara efisien dan berkelanjutan. Tak hanya itu, inovasi ini juga berdampak pada peningkatan kapasitas mitra pembudidaya, penguatan jaringan distribusi, serta naiknya nilai retribusi daerah.

Yang lebih membanggakan, UPT kini menjelma menjadi pusat inkubasi usaha perikanan yang terhubung langsung dengan masyarakat dan sektor swasta. Kolaborasi aktif tercipta dengan lebih dari 25 mitra strategis, memperkuat posisi UPT sebagai penyedia benih ikan berkualitas.

Anas menyebut bahwa keberhasilan ini menandai transformasi besar dalam tubuh UPT. Dari model kerja konvensional yang tertutup, kini UPT tampil sebagai lembaga pelayanan publik yang partisipatif, inovatif, dan inklusif.

“UPT Balai Benih dan Induk Ikan kini ibarat The Sleeping Giant raksasa yang sebelumnya tertidur, kini bangkit dengan kekuatan penuh melalui pengelolaan produksi yang kolaboratif dan terstruktur. Benih ikan kini tersedia dalam kualitas, kuantitas, dan kontinuitas yang lebih terjamin,” ungkap Anas penuh optimisme.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar, Sipliansyah Hartani, memberikan apresiasi tinggi terhadap terobosan ini. Ia menilai “Cagat Mata” sebagai langkah strategis dan progresif untuk menjawab kebutuhan pembangunan sektor perikanan secara berkelanjutan.

Sementara itu, Norsyahnita, Kasubbid Inovasi Daerah, menyampaikan dukungannya penuh terhadap inovasi tersebut. Ia berharap agar inovasi ini  dapat menjadi percontohan bagi UPT lain di sektor berbeda.

“Semoga inovasi ini terus berkembang dan mampu mendorong terciptanya pelayanan publik yang lebih responsif, inovatif, dan berdaya saing tinggi,” pungkas Norsyahnita.(Ione/Brigade Bappedalitbang)